Jumat, 03 April 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM ISLAM




GUIDANCE AND COUNSELING
BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM ISLAM
Lecturer:
Mukhlas, M.Pd
A SHORT PAPER
Submitted To Fulfill the Requirements
For  Guidance and Counseling
By The Fifth Group :
ENDANG SRIWAHYUNI
SALIM MUSLIMIN
FITRIA AULIA
NUR ALFIAH
AZMI


ENGLISH EDUCATIONAL DEPARTMENT
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN BENGKALIS
1436 H / 2015 M

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Assalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
            Alhamdulillah wa syukurillah, berkat limpahan Karunia dan RahmatNya kami bisa menjalankan aktifitas dan menyelesaikan tugas makalah BIMBINGAN DAN KONSELING  dengan judul BIMBINGAN DAN KONSELING DARI ISLAM.
            Shalawat serta salam buat Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan agama dan membuka cakrawala ilmu pengetahuan al-Qu’an yang tiada tandingannya.
            Selanjutnya kami berterima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam mendalami ilmu pengetahuan Islam, semoga Allah SWT membalasnya dengan sebaik-baik balasan, amin. Dan sesungguhnya makalah yang merupakan suatu sarana belajar yang telah selesai kami susun ini, sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, bimbingan, kritik dan saran dari dosen pengampu dan teman-teman sangat kami harapkan, agar menjadi sebuah perbandingan dan perbaikan bagi kami untuk masa yang akan datang. Atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh


Bengkalis, 05 Maret 2015

                                                                                                                       

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
  2. Rumusan Masalah

BAB II: BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM ISLAM
A.  Konseling dalam Pemikiran Islam
B.  Aspek-Aspek Konseling dalam Islam
C.  Model-Model Konseling Islam

BAB III: PENUTUP
A.  Kesimpulan
B.  Saran

DAFTAR KEPUSTAKAAN

 


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang sempurna diciptakan dengan akal dan hawa nafsunya tidak terlepas dari berbagai macam permasalahan dalam kehidupan. Baik itu permasalahan yang menyangkut hal jasmaniah maupun rohaniyah, sehingga dengan keterbatasan yang dimiliki manusia tersebut menjadikannya makhluk yang membutuhkan bantuan dan pertolongan, baik itu yang bersifat konkrit maupun abstrak.
Permasalahan rohaniyah yang dialami manusia menuntutnya untuk memperbaiki hubungan vertikal dengan sang pencipta sebagai pengoreksian diri yang terarah agar memperoleh ketenangan dan jalan keluar yang terbaik bagi permasalahannya. Dalam hal tersebut, Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin menyediakan berbagai konsep penyelesaian masalah bagi manusia. Konsep yang ada dalam Islam adalah konsep yang menyeluruh bagi kehidupan. Konsep yang mampu membawa kebahagiaan, ketenangan, dan keridhaan bagi manusia. Konsep yang mampu mengarahkan manusia menuju jalan yang terbaik, jalan pengaktualisasian diri hingga mengantarkannya menjadi manusia yang sempurna.
Konsep Islam tersebut diantaranya Konseling yang berperan menangani masalah kebathiniyahan manusia dengan metode-metode yang disyariatkan oleh Allah dan Rasulullah. Oleh karena itu, sebagai calon pendidik penting baginya untuk mengetahui lebih dalam mengenai ilmu konseling dalam Islam agar dapat menjadi pembimbing yang diharapkan oleh agama dan menjadi pengarah bagi manusia agar selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat nantinya.




B.  Rumusan Masalah
Adapun beberapa pokok bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Konseling dalam pemikiran Islam
2.      Aspek-aspek konseling dalam Islam
3.      Model-model konseling dalam Islam





BAB II
BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM ISLAM

A.  KONSELING DALAM PEMIKIRAN ISLAM
Konseling dalam islam adalah salah satu dari berbagai tugas manusia dalam membina dan membentuk manusia yang ideal. Bahkan, bisa dikatakan bahwa konseling merupakan amanat yang diberikan Allah kepada semua rasul dan nabi-Nya. Dengan adanya amanat konseling inilah, maka mereka menjadi demikian berharga dan bermanfaat bagi manusia, baik dalam urusan agama, dunia, pemenuhan kebutuhan, pemecahan masalah dan banyak hal lainnya. Konseling pun akhirnya menjdai satu kewajiban bagi setiap individu muslim, khususnya para alim ulama.
Pemikiran Islam, baik yang tampak pada sumber aslinya (Al-Qur’an dan Sunnah) maupun pada sumber lainnya, banyak menyinggung masalah konseling (pengarahan) atas diri manusia dan menjadikannya salah satu falsafah kehidupan. Hal ini timbul didasari atas pandangan Islam atas tabiat dan kepribadian manusia. Allah berfirman,
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik....” (Ali Imran: 110)
Sesungguhnya cakupan pemikiran Islam sangat luas dan banyak bersinggungan dengan pemikiran yang berorientasi atas konseling. Diantaranya sebagai berikut.
1.    Dalam lingkup konseling pendidikan akademis, kaum muslimin telah mengenal konsep mengarahkan pelajar kepada pelajaran yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Mereka mengakui akan adanya perbedaan IQ ditiap individu. Sehingga, mereka mencoba mengarahkan para pelajar untuk menghapal, apabila para pelajar tersebut cenderung untuk menghapal dalam proses pembelajarannya. Mereka juga mengarahkan para pelajar untuk menelaah hadits apabila para pelajar cenderung menyukai telaah dan analisa. Juga mengarahkan para pelajar untuk mempelajari konsep komunikasi dakwah apabila para pelajar tersebut cenderung untuk menyukai orasi dan diskusi.
Dalam lingkup konseling akademis, Islam telah menekankan akan pentingnya mengarahkan pelajar kepada ilmu-ilmu yang bermanfaat. Ibnu Taimiyah berpendapat, seyogyanya seorang pelajar diarahkan kepada empat hal.
a.       Ilmu agama.
b.      Ilmu logis (diantaranya: matematika, kedokteran, biologi dan ilmu sosial)
c.       Ilmu militer
d.      Keterampilan.
Ia pun banyak menyebutkan beberapa dasar dalam memberikan pengarahan kepada pelajar, diantaranya dengan memberikan sesuatu yang paling penting dan kemudian baru yang penting dst. Juga mengarahkan kecenderungan mereka; seperti halnya mengarahkan anak kecil untuk mempelajari ilmu bahasa dan ilmu agama dengan menjauhkan ilmu-ilmu yang mengandung kontradiksi didalamnya (Khatib: 1995M).
2.    Dalam lingkup konseling pekerjaan, hal ini bisa dilihat dari bagaimana kaum muslimin menyadari akan perbedaan IQ tiap individu. Darinya timbul konsep konseling yang mengarahkan individu kepada tugasnya masing-masing. Mereka mempelajari banyak hal akan individu seseorang (subjek) dan juga pekerjaan yang dibutuhkan (objek). Dengan demikian, individu tersebut dapat dilihat dan diarahkan kepada objek yang sesuai dengannya, baik dalam hal teknik maupun perindustrian. Tidak semua pekerjaan yang ataupun tabiat dan kemampuannya.
3.    Sedang dalam lingkup konseling agama dan perilaku, maka apa yang digambarkan dalam pemikiran islam telah menunjukkan hakikat tersebut. Islam meyakini bahwa setiap anak yang diahirkan dapat dibentuk menjadi anak yang baik ataupun anak yang jahat. Pembentuk utamanya adalah lingkungan di mana ia tinggal. Ini menunjukkan bahwa perilaku seseorang bisa di bentuk dan juga bisa diubah. Namun demikian, fase pertumbuhan seseorang memainkan peranan penting dalam pembentukan perilakunya. Hal ini sesuai dengan hadist rasulullah,
‘’semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi yahudi, nasrani ataupun majusi’’.
Konseling agama terlihat di banyak perintah ayat-ayat al-Qur’an dan juga hadist rasulullah kepada manusia agar mereka menghiasi diri dan jiwa mereka dengan nilai-nilai yang baik, keistimewaan dan juga etika yang akan mengarahkan manusia kepada jalan kebajikan serta menuntun mereka menuju yang lurus. Islam pun telah menetapkan interaksi yang ada sesama manusia dengan meletakkan kaidah-kaidah dasarnya. Allah berfirman,
‘’dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.....’’ (Ali imran;104)
   ‘’seluruh (manusia) kepada jalan tuhanmu demgan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlahmereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunuk’’.( an-Nahl:125)
4.    Dalam lingkup keluarga dan perkawinan, Islam telah menetapkan undang-undang dan kaidah dasar yang mengatur kehidupan perkawinan. Islam telah melakukan dasar-dasar pencegahan atas segala kemungkinan buruk yang terjadi dalam suatu keluarga dan juga terapinya apabila hal tersebut terjadi. Islam telah meletakkan kewajiban dan juga tanggung jawab masing-masing anggota keluarga. Islam pun telah meletakkan konsep terapi di saat masalah keluarga timbul. Hal ini tampak dalam firman Allah surah an-Nisaa ayat 34, ”Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka ditempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha tinggi lagi Maha besar.”
B.  ASPEK-ASPEK KONSELING DALAM ISLAM
Konseling islami mencakup tiga aspek sebagai berikut.
1.      Aspek preventif,  dimana orientasinya mengarah kepada penjagaan individu dari semua guncangan jiwa dan membentengi mereka dari segala penyimpangan. Hal ini dilakukan dengan banyak cara yang sekiranya dapat menyeimbangkan perilaku yang ada. Diantaranya dengan perintah untuk selalu menyembah Allah, menunaikan shalat serta membayar zakat, sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Bayyinah ayat 5  “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus,”
2.      Aspek perkembangan, dimana orientasinya mengarah kepada pembentukan kepribadian muslim agar mampu menjadi individu yang optimis, penuh dengan produktivitas serta mampu mengoptimalkan segala potensi dan kemampuannya. Hal ini sebagai firman Allah dalam surah an-Nisaa ayat 58, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.  Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
3.      Aspek terapi, dimana orientasinya mengarah kepada pembebasan dan pelepasan individu dari segala kekhawatiran dan kegelisahannya serta membantunya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya,. Allah berfirman dalam surah  al-A’raaf ayat 200-201, “Dan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya,”
Penggambaran Islam akan konseling islami ini dapat menunjukkan pandangan Islam akan tabiat manusia, baik konsistenitasnya maupun penyimpangan perilakunya. Namun, hal penting yang bisa digaris bawahi dari semua pandangan ini adalah sebagai berikut.
a.       Pada dasarnya, semua manusia itu baik, namun ia pun mampu memilih untuk berbuat hal yang buruk dan inilah sebenarnya titik kelemahan manusia.
b.      Sesungguhnya pangkal dasar dari semua kegelisahan adalah ketiadaan dan juga jauhnya seseorang dari akidah Islam.
c.       Perilaku bisa diubah.
d.      Pemberian konseling disesuaikan dengan keadaan yang ada.
e.       Menerapkan konseling yang paling melengkapi dan menimbulkan sikap optimisnme dalam aspek kesehatan, diri dan juga masyarakat.
f.          Menerapkan konseling yang konsisten dan berkesinambungan di semua fase pertumbuhan.
g.      Menerapkan konseling yang memberikan kemudahan di semua aspek kepribadian individu.
C.  MODEL-MODEL KONSELING ISLAM
Model islami dalam konseling jiwa bersandarkan atas apa yang ada di dalam al-Qur’an, sunnah, ijma (kesepakatan) kaum muslimin dan juga ijtihad para ulama, yang menghasilkan poin-poin penting sebagai berikut.
1.      Islam memandang bahwa tabiat dasar manusia adalah baik. Namun demikian, tabiat tersebut pun dapat berubah.
2.      Sesungguhnya manusia merupakan makhluk terbaik yang telah Allah ciptakan, sebagaimana Allah berfirman dalam surah at-Tiin ayat 4, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
3.      Manusia adalah makhluk yang penuh dengan kesadaran dan tanggung jawab, serta mampu membedakan antara yang baik dan buruk. Allah berfirman dalam surah al-Insaan ayat 3, “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”
4.      Sesungguhnya manusia memiliki titik kelemahan dalam dirinya. Hal inilah yang membuat manusia harus terus berusaha melawan hawa nafsu dan keinginannya untuk berbuat maksiat. Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 14,  “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga).”
5.      Para peneliti bersepakat bahwa motivasi manusia yang kuat dan juga potensinya yang besar mampu mengendalikan perilaku dan memerintahkannya untuk dapat melakukan apa pun yang diinginkannya. Motivasi terbesar yang dimaksud dalam Islam adalah motivasi untuk selalu beribadah kepada Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surah adz-Dzaariyat ayat 65, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku..”
6.      Islam telah membagi jiwa manusia ke dalam tiga keadaan.
a.       An-Nafsul Muthmainnah (jiwa yang tenang), sebagaimana firman Allah dalam surah al-Fajr ayat 27-30, “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” Ini adalah penggambaran akan jiwa ideal dimana pemiliknya memiliki kesehatan mental yang baik. Ia adalah jiwa yang dapat ridha dan menerima akan semua yang telah Allah takdirkan dan tetapkan untuknya, juga ridha atas semua rezeki yang telah menjadi bagiannya. Ia adalah jiwa yang selalu dihiasi dengan rasa kesabaran atas semua musibah dan juga selalu bersyukur di saat lapang.
b.      An-Nafsul Ammaratu Bissu’ (jiwa yang condong kepada keburukan). Ia adalah jiwa yang selalu mendorong seseorang untuk selalu menapak jalan kejahatan, baik dengan berbohong, membunuh, memakan harta anak yatim, bermuka dua, dan banyak lainnya. Allah berfirman dalam surah Yusuf ayat 53, “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang...”
c.       An-Nafsul Lawwamah yaitu jiwa yang selalu menyesali dirinya sendiri dengan celaan tajam dan juga mengancam dirinya sendiri dengan hukuman Allah. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah surah al-Qiyamah ayat 1-2, “Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).” Dikatakan bahwa jiwa ini sebenarnya adalah jiwa yang penuh dengan keimanan. Ia adalah jiwa yang menyesali dirinya karena telah meninggalkan ketaatan dan telah melakukan dosa besar.
7.      Sesungguhnya pertentangan dalam diri seseorang ditutupi dengan kecenderungan tersebut dalam menerima keinginannya dalam melakukan perbuatan buruk, yang merupakan titik kelemahan kepribadiannya. Setiap waktu akan selalu ada pertentangan antara kebaikan dan keburukan, antara mengikuti perintah Allah atau mengikuti bisikan setan. Sesungguhnya semua yang dibisikkan setan hanyalah sesuatu yang buruk. Allah berfirman dalam surah an-Nas ayat 4-6, “Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.” Dan juga firman-Nya dalam surah al-Mujadalah ayat 19, “Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah bahwa sesungguhya golongan setan itulah golongan yang merugi.”





BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan secara umum sebagai berikut: 
1.      Konseling dalam pemikiran Islam mencakup:
-          Lingkup konseling pendidikan akademis
-          Lingkup konseling pekerjaan
-          Lingkup konseling agama dan perilaku
-          Lingkup konseling keluarga dan perkawinan
2.      Aspek-aspek konseling dalam Islam adalah sebagai berikut:
-          Aspek preventif
-          Aspek perkembangan
-          Aspek terapi
3.      Model islami dalam konseling jiwa bersandarkan atas apa yang ada di dalam al-Qur’an, sunnah, ijma (kesepakatan) kaum muslimin dan juga ijtihad para ulama.
B.   Saran
Pembaca yang ingin lebih mendalami pemahaman tentang masalah konseling dalam Islam, kami sarankan untuk membaca buku Konseling Terapi karya Dr. Musfir bin Said Az-Zahrani.




DAFTAR KEPUSTAKAAN

Musfir. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(
)