GUIDANCE AND
COUNSELING
BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM ISLAM
Lecturer:
Mukhlas, M.Pd
A
SHORT PAPER
Submitted
To Fulfill the Requirements
For Guidance and Counseling
By The Fifth Group :
ENDANG SRIWAHYUNI
SALIM MUSLIMIN
FITRIA AULIA
NUR ALFIAH
AZMI
ENGLISH EDUCATIONAL DEPARTMENT
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN BENGKALIS
1436 H / 2015 M
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Assalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Alhamdulillah wa syukurillah, berkat limpahan Karunia dan RahmatNya kami
bisa menjalankan aktifitas dan menyelesaikan tugas makalah BIMBINGAN DAN
KONSELING dengan judul BIMBINGAN DAN
KONSELING DARI ISLAM.
Shalawat
serta salam buat Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan agama dan membuka
cakrawala ilmu pengetahuan al-Qu’an yang tiada tandingannya.
Selanjutnya
kami berterima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam
mendalami ilmu pengetahuan Islam, semoga Allah SWT membalasnya dengan
sebaik-baik balasan, amin. Dan sesungguhnya makalah yang merupakan suatu sarana
belajar yang telah selesai kami susun ini, sangatlah jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu, bimbingan, kritik dan saran dari dosen pengampu dan teman-teman
sangat kami harapkan, agar menjadi sebuah perbandingan dan perbaikan bagi kami
untuk masa yang akan datang. Atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima
kasih.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakaatuh
Bengkalis, 05 Maret 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB
I: PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
BAB
II: BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM ISLAM
A.
Konseling dalam Pemikiran Islam
B.
Aspek-Aspek
Konseling dalam Islam
C.
Model-Model Konseling Islam
BAB III: PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR KEPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang sempurna diciptakan dengan akal dan hawa
nafsunya tidak terlepas dari berbagai macam permasalahan dalam kehidupan. Baik
itu permasalahan yang menyangkut hal jasmaniah maupun rohaniyah, sehingga dengan
keterbatasan yang dimiliki manusia tersebut menjadikannya makhluk yang
membutuhkan bantuan dan pertolongan, baik itu yang bersifat konkrit maupun
abstrak.
Permasalahan rohaniyah yang dialami manusia menuntutnya untuk memperbaiki
hubungan vertikal dengan sang pencipta sebagai pengoreksian diri yang terarah
agar memperoleh ketenangan dan jalan keluar yang terbaik bagi permasalahannya.
Dalam hal tersebut, Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin menyediakan
berbagai konsep penyelesaian masalah bagi manusia. Konsep yang ada dalam Islam
adalah konsep yang menyeluruh bagi kehidupan. Konsep yang mampu membawa
kebahagiaan, ketenangan, dan keridhaan bagi manusia. Konsep yang mampu
mengarahkan manusia menuju jalan yang terbaik, jalan pengaktualisasian diri hingga
mengantarkannya menjadi manusia yang sempurna.
Konsep Islam tersebut diantaranya Konseling yang berperan
menangani masalah kebathiniyahan manusia dengan metode-metode yang disyariatkan
oleh Allah dan Rasulullah. Oleh karena itu, sebagai calon pendidik penting
baginya untuk mengetahui lebih dalam mengenai ilmu konseling dalam Islam agar
dapat menjadi pembimbing yang diharapkan oleh agama dan menjadi pengarah bagi
manusia agar selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat nantinya.
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa pokok bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Konseling dalam pemikiran
Islam
2.
Aspek-aspek konseling dalam
Islam
3.
Model-model konseling dalam
Islam
BAB II
BIMBINGAN DAN
KONSELING DALAM ISLAM
A. KONSELING DALAM PEMIKIRAN ISLAM
Konseling dalam islam adalah salah satu dari berbagai tugas manusia dalam
membina dan membentuk manusia yang ideal. Bahkan, bisa dikatakan bahwa
konseling merupakan amanat yang diberikan Allah kepada semua rasul dan
nabi-Nya. Dengan adanya amanat konseling inilah, maka mereka menjadi demikian
berharga dan bermanfaat bagi manusia, baik dalam urusan agama, dunia, pemenuhan
kebutuhan, pemecahan masalah dan banyak hal lainnya. Konseling pun akhirnya
menjdai satu kewajiban bagi setiap individu muslim, khususnya para alim ulama.
Pemikiran Islam, baik yang tampak pada sumber aslinya (Al-Qur’an dan
Sunnah) maupun pada sumber lainnya, banyak menyinggung masalah konseling
(pengarahan) atas diri manusia dan menjadikannya salah satu falsafah kehidupan.
Hal ini timbul didasari atas pandangan Islam atas tabiat dan kepribadian
manusia. Allah berfirman,
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik....” (Ali
Imran: 110)
Sesungguhnya cakupan pemikiran Islam sangat luas dan banyak bersinggungan
dengan pemikiran yang berorientasi atas konseling. Diantaranya sebagai berikut.
1.
Dalam lingkup konseling
pendidikan akademis, kaum muslimin telah mengenal konsep mengarahkan pelajar
kepada pelajaran yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Mereka mengakui
akan adanya perbedaan IQ ditiap individu. Sehingga, mereka mencoba mengarahkan
para pelajar untuk menghapal, apabila para pelajar tersebut cenderung untuk
menghapal dalam proses pembelajarannya. Mereka juga mengarahkan para pelajar
untuk menelaah hadits apabila para pelajar cenderung menyukai telaah dan
analisa. Juga mengarahkan para pelajar untuk mempelajari konsep komunikasi
dakwah apabila para pelajar tersebut cenderung untuk menyukai orasi dan
diskusi.
Dalam lingkup konseling akademis, Islam telah
menekankan akan pentingnya mengarahkan pelajar kepada ilmu-ilmu yang
bermanfaat. Ibnu Taimiyah berpendapat, seyogyanya seorang pelajar diarahkan
kepada empat hal.
a.
Ilmu agama.
b.
Ilmu logis (diantaranya:
matematika, kedokteran, biologi dan ilmu sosial)
c.
Ilmu militer
d.
Keterampilan.
Ia pun banyak menyebutkan beberapa dasar dalam
memberikan pengarahan kepada pelajar, diantaranya dengan memberikan sesuatu
yang paling penting dan kemudian baru yang penting dst. Juga mengarahkan
kecenderungan mereka; seperti halnya mengarahkan anak kecil untuk mempelajari
ilmu bahasa dan ilmu agama dengan menjauhkan ilmu-ilmu yang mengandung
kontradiksi didalamnya (Khatib: 1995M).
2.
Dalam lingkup konseling
pekerjaan, hal ini bisa dilihat dari bagaimana kaum muslimin menyadari akan
perbedaan IQ tiap individu. Darinya timbul konsep konseling yang mengarahkan
individu kepada tugasnya masing-masing. Mereka mempelajari banyak hal akan
individu seseorang (subjek) dan juga pekerjaan yang dibutuhkan (objek). Dengan
demikian, individu tersebut dapat dilihat dan diarahkan kepada objek yang
sesuai dengannya, baik dalam hal teknik maupun perindustrian. Tidak semua
pekerjaan yang ataupun tabiat dan kemampuannya.
3.
Sedang dalam lingkup
konseling agama dan perilaku, maka apa yang digambarkan dalam pemikiran islam
telah menunjukkan hakikat tersebut. Islam meyakini bahwa setiap anak yang
diahirkan dapat dibentuk menjadi anak yang baik ataupun anak yang jahat.
Pembentuk utamanya adalah lingkungan di mana ia tinggal. Ini menunjukkan bahwa
perilaku seseorang bisa di bentuk dan juga bisa diubah. Namun demikian, fase
pertumbuhan seseorang memainkan peranan penting dalam pembentukan perilakunya.
Hal ini sesuai dengan hadist rasulullah,
‘’semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah
yang akan membuatnya menjadi yahudi, nasrani ataupun majusi’’.
Konseling agama terlihat di banyak perintah ayat-ayat
al-Qur’an dan juga hadist rasulullah kepada manusia agar mereka menghiasi diri
dan jiwa mereka dengan nilai-nilai yang baik, keistimewaan dan juga etika yang
akan mengarahkan manusia kepada jalan kebajikan serta menuntun mereka menuju
yang lurus. Islam pun telah menetapkan interaksi yang ada sesama manusia dengan
meletakkan kaidah-kaidah dasarnya. Allah berfirman,
‘’dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.....’’ (Ali
imran;104)
‘’seluruh (manusia) kepada
jalan tuhanmu demgan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlahmereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunuk’’.( an-Nahl:125)
4.
Dalam lingkup keluarga dan
perkawinan, Islam telah menetapkan undang-undang dan kaidah dasar yang mengatur
kehidupan perkawinan. Islam telah melakukan dasar-dasar pencegahan atas segala
kemungkinan buruk yang terjadi dalam suatu keluarga dan juga terapinya apabila
hal tersebut terjadi. Islam telah meletakkan kewajiban dan juga tanggung jawab
masing-masing anggota keluarga. Islam pun telah meletakkan konsep terapi di
saat masalah keluarga timbul. Hal ini tampak dalam firman Allah surah an-Nisaa
ayat 34, ”Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka ditempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha tinggi lagi Maha besar.”
B. ASPEK-ASPEK KONSELING DALAM ISLAM
Konseling islami mencakup tiga aspek sebagai berikut.
1.
Aspek preventif, dimana orientasinya mengarah kepada penjagaan
individu dari semua guncangan jiwa dan membentengi mereka dari segala
penyimpangan. Hal ini dilakukan dengan banyak cara yang sekiranya dapat menyeimbangkan
perilaku yang ada. Diantaranya dengan perintah untuk selalu menyembah Allah,
menunaikan shalat serta membayar zakat, sebagaimana firman-Nya dalam surah
al-Bayyinah ayat 5 “Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus,”
2.
Aspek perkembangan, dimana
orientasinya mengarah kepada pembentukan kepribadian muslim agar mampu menjadi
individu yang optimis, penuh dengan produktivitas serta mampu mengoptimalkan
segala potensi dan kemampuannya. Hal ini sebagai firman Allah dalam surah an-Nisaa
ayat 58, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
3.
Aspek terapi, dimana
orientasinya mengarah kepada pembebasan dan pelepasan individu dari segala
kekhawatiran dan kegelisahannya serta membantunya dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya,. Allah berfirman dalam surah al-A’raaf ayat 200-201, “Dan
jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui. Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat
kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya,”
Penggambaran Islam akan konseling islami ini dapat
menunjukkan pandangan Islam akan tabiat manusia, baik konsistenitasnya maupun
penyimpangan perilakunya. Namun, hal penting yang bisa digaris bawahi dari
semua pandangan ini adalah sebagai berikut.
a.
Pada dasarnya, semua
manusia itu baik, namun ia pun mampu memilih untuk berbuat hal yang buruk dan
inilah sebenarnya titik kelemahan manusia.
b.
Sesungguhnya pangkal dasar
dari semua kegelisahan adalah ketiadaan dan juga jauhnya seseorang dari akidah
Islam.
c.
Perilaku bisa diubah.
d.
Pemberian konseling
disesuaikan dengan keadaan yang ada.
e.
Menerapkan konseling yang
paling melengkapi dan menimbulkan sikap optimisnme dalam aspek kesehatan, diri
dan juga masyarakat.
f.
Menerapkan konseling yang konsisten dan
berkesinambungan di semua fase pertumbuhan.
g.
Menerapkan konseling yang
memberikan kemudahan di semua aspek kepribadian individu.
C. MODEL-MODEL KONSELING ISLAM
Model islami dalam konseling jiwa bersandarkan atas apa yang ada di dalam
al-Qur’an, sunnah, ijma (kesepakatan) kaum muslimin dan juga ijtihad para
ulama, yang menghasilkan poin-poin penting sebagai berikut.
1.
Islam memandang bahwa
tabiat dasar manusia adalah baik. Namun demikian, tabiat tersebut pun dapat
berubah.
2.
Sesungguhnya manusia
merupakan makhluk terbaik yang telah Allah ciptakan, sebagaimana Allah
berfirman dalam surah at-Tiin ayat 4, “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
3.
Manusia adalah makhluk yang
penuh dengan kesadaran dan tanggung jawab, serta mampu membedakan antara yang
baik dan buruk. Allah berfirman dalam surah al-Insaan ayat 3, “Sesungguhnya
Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang
kafir.”
4.
Sesungguhnya manusia
memiliki titik kelemahan dalam dirinya. Hal inilah yang membuat manusia harus
terus berusaha melawan hawa nafsu dan keinginannya untuk berbuat maksiat. Allah
berfirman dalam surah Ali Imran ayat 14,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik
(surga).”
5.
Para peneliti
bersepakat bahwa motivasi manusia yang kuat dan juga potensinya yang besar
mampu mengendalikan perilaku dan memerintahkannya untuk dapat melakukan apa pun
yang diinginkannya. Motivasi terbesar yang dimaksud dalam Islam adalah motivasi
untuk selalu beribadah kepada Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surah adz-Dzaariyat
ayat 65, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku..”
6.
Islam telah membagi
jiwa manusia ke dalam tiga keadaan.
a.
An-Nafsul Muthmainnah
(jiwa yang tenang), sebagaimana firman Allah dalam surah al-Fajr ayat 27-30,
“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hambaKu, dan masuklah ke
dalam surga-Ku.” Ini adalah penggambaran akan jiwa ideal dimana pemiliknya
memiliki kesehatan mental yang baik. Ia adalah jiwa yang dapat ridha dan
menerima akan semua yang telah Allah takdirkan dan tetapkan untuknya, juga
ridha atas semua rezeki yang telah menjadi bagiannya. Ia adalah jiwa yang
selalu dihiasi dengan rasa kesabaran atas semua musibah dan juga selalu
bersyukur di saat lapang.
b.
An-Nafsul Ammaratu
Bissu’ (jiwa yang condong kepada keburukan). Ia adalah jiwa yang selalu
mendorong seseorang untuk selalu menapak jalan kejahatan, baik dengan
berbohong, membunuh, memakan harta anak yatim, bermuka dua, dan banyak lainnya.
Allah berfirman dalam surah Yusuf ayat 53, “Dan aku tidak membebaskan
diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang...”
c.
An-Nafsul Lawwamah yaitu
jiwa yang selalu menyesali dirinya sendiri dengan celaan tajam dan juga
mengancam dirinya sendiri dengan hukuman Allah. Hal ini dapat dilihat dalam
firman Allah surah al-Qiyamah ayat 1-2, “Aku bersumpah dengan hari
kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).” Dikatakan
bahwa jiwa ini sebenarnya adalah jiwa yang penuh dengan keimanan. Ia adalah
jiwa yang menyesali dirinya karena telah meninggalkan ketaatan dan telah
melakukan dosa besar.
7.
Sesungguhnya
pertentangan dalam diri seseorang ditutupi dengan kecenderungan tersebut dalam
menerima keinginannya dalam melakukan perbuatan buruk, yang merupakan titik
kelemahan kepribadiannya. Setiap waktu akan selalu ada pertentangan antara
kebaikan dan keburukan, antara mengikuti perintah Allah atau mengikuti bisikan
setan. Sesungguhnya semua yang dibisikkan setan hanyalah sesuatu yang buruk.
Allah berfirman dalam surah an-Nas ayat 4-6, “Dari kejahatan
(bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam
dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.” Dan juga firman-Nya dalam
surah al-Mujadalah ayat 19, “Setan telah menguasai mereka lalu
menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan.
Ketahuilah bahwa sesungguhya golongan setan itulah golongan yang merugi.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat
diambil kesimpulan secara umum sebagai berikut:
1.
Konseling dalam pemikiran
Islam mencakup:
-
Lingkup konseling
pendidikan akademis
-
Lingkup konseling pekerjaan
-
Lingkup konseling agama dan
perilaku
-
Lingkup konseling keluarga
dan perkawinan
2.
Aspek-aspek konseling dalam
Islam adalah sebagai berikut:
-
Aspek preventif
-
Aspek perkembangan
-
Aspek terapi
3.
Model islami dalam konseling
jiwa bersandarkan atas apa yang ada di dalam al-Qur’an, sunnah, ijma
(kesepakatan) kaum muslimin dan juga ijtihad para ulama.
B.
Saran
Pembaca yang ingin lebih mendalami pemahaman tentang masalah konseling
dalam Islam, kami sarankan untuk membaca buku Konseling Terapi karya Dr.
Musfir bin Said Az-Zahrani.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Musfir. (2005). Konseling
Terapi. Jakarta: Gema Insani Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar