Without You
My
hand is trembling clucthed a piece of paper that many times fail to reach
because of attack of wind that breeze pass through the gaps of my house wall
that begin to moldy. The sound of small spots of rain start to change like the
sound of stones bear down upon the old roof of my house. White lights
occasionally sneaked in, like dazzling
light of photography, but at least after wait for within seconds that
light is not followed by the hard sound of thunderclap that always give a turn
to my heart. In the corner of room, companion by a bamboo water scoop light, I
begin to read the sentences written in this white paper. But in several times,
there is one by one the drop of water wetting a piece of paper that written by
black ink. I don’t know that’s water of rain that dropped from the leak roof of
my house, or the drop of water from my eyelis that caused by clod of miss
freezing over in my heart. However the cold of high wind that breeze and the
rain that so much more rend the clarity of night, all of that was not cold as
my miss to my chlidren that for years didn’t have sufficient time to visit me,
that always loyal stay in this small hut alone with the sweet memories in the
past build the small family together with husband that already anchor beaten
me.
04 October 2014
Tanpamoe
Gemetar tanganku
meraih secarik kertas yang berkali-kali gagal kuraih karena terpaan angin yang
berhembus melalui celah-celah dinding rumahku yang mulai lapuk. Suara
rintik-rintik hujan mulai berubah seakan
deruman batu-batu menjatuhi atap rumah tuaku. Cahaya-cahaya putih
sesekali menyelinap masuk, bagaikan cahaya fotografi yang menyilaukan, tapi
setidaknya setelah menunggu beberapa detik, cahaya itu tidak diiringi dentuman
keras yang kerap kali membuat jantungku tersentak. Di sudut ruangan, ditemani sebuah lampu
canting, aq mulai membaca kalimat-kalimat yang tertulis didalam kertas putih
itu. Namun dalam beberapa saat, ada satu demi satu titik air membasahi secarik
kertas bertulisan tinta hitam itu. Entah itu air hujan yang menetes dari atap
rumahku yang bocor, ataukah tetesan air dari pelupuk mataku yang berpunca dari
segumpal rindu yang membeku dihati. Bagaimanapun dinginnya kencang angin yang berhembus dan hujan yang kian memecah
keheningan malam, semua itu tak sedingin rinduku pada anak-anakku yang bertahun-tahun tak sempat mengunjungiku, yang
masih setia tinggal di gubuk kecil ini sendiri bersama kenangan indah masa lalu
membangun keluarga kecil bersama suami yang kini telah berlabuh mendahuluiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar